Sore ini, ada kabar berita sangat mengejutkan yang saya baca dari detik.com dari Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes pasma Royce, bahwa polisi mengungkap hasil autopsi empat orang sekeluarga yang ditemukan tewas ‘mengering’ di perum Citra 1 Kalideres, Jakarta Barat. Dari hasil autopsi diduga keempat korban tewas karena mengalami dehidrasi. Kapolres mengatakan tidak ada tanda-tanda kekerasan dan keempat korban diduga tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup lama karena ditemukan dari otot-otot sudah mengecil.

Membaca berita itu saja sudah membuat saya berpikir apakah tujuan global atau Sustainable Development Goals / Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 1 tanpa kelaparan masih cukup jauh untuk kita capai di tahun 2030? Sejak tahun 2015 negara-negara PBB yakin dapat mencapai semua itu ditahun 2030. Indonesia menjadi salah satu dari 193 negara di PBB yang berkomitmen untuk mengimplementasikan TPB/SDGs, Pemerintah melalui Kementerian Bappenas telah menyelaraskan Tujuan Pembangunan Nasional dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, keterlibatan swasta juga menjadi faktor kunci keberhasilan Tujuan Pembangunan Nasional dengan berkolaborasi antara Pemerintah dan swasta untuk capaian SDGs. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh swasta dalam pencapaian ini, misalnya dalam membangun infrastruktur secara langsung atau mengembangkan sektor manufaktur, diharapkan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh dari sana. Bisa juga kerjasama pemerintah dengan swasta dihampir banyak sektor bidang, dan ketiga swasta bisa melakukan aktifitas filantropi secara inisiatif sendiri melalui program yang dibuat sendiri dan manfaatnya dirasakan langsung untuk kesejahteraan masyarakat.
Orang terdekat pada hidup kita bukan keluarga, namun tetangga. Apakah empati masyarakat sudah semakin memudar sehingga jika tetangga kita tidak terlihat maka tidak ada yang mencurigai atau berusaha cari tahu. Kadang kita tidak perlu bertanya kepada tetangga kita apakah mereka sudah makan atau belum jika merasa tidak enak, namun jika memiliki rezeki makanan atau minuman lebih bisa langsung dikirimkan langsung pada tetangga kita. Karena mungkin ada banyak orang disekitar kita pasca pandemi covid-19 ini banyak keluarga menengah justru mengalami kesulitan yang sangat luar biasa namun mereka tidak enak, atau malu, atau gengsi mengakatan hal tersebut kepada orang lain. Menurut saya distrupsi buatan manusia salah satunya adalah empati, bagaimana manusia mengabaikan dan bertindak egois dalam pembangunan yang menyebabkan orang terdekat kita meninggal dunia karena kelaparan.
Saat ini bumi kita dihuni oleh lebih dari 7 miliar manusia dan diperkirakan pada tahun 2030 hingga 2050 ada lebih dari 9 miliar manusia diatas muka bumi, mereka semua tentu saja harus diberi makan dan tentu saja jangan lupa mereka memiliki ketamakan dan keserakahan, apakah bumi ini mampu menangani keserakahan tersebut? Jika kita melihat keadaan kita saat ini yang sedang terjadi adalah disintegrasi struktural kita melihat bagaimana negara, sektor, modal, aset, kapasitas semua terdisintegrasi secara struktural. Yang kedua, kita lihat saat ini bumi kita, lingkungan, situasi semua semakin terhubung (gradually interconnected). Ketiga, kita melihat juga bahwa kepentingan pribadi nampaknya semakin mendominasi bahkan mengalahkan kepentingan bersama (common interest), karenanya kesejahteraan individual atau kelompok lebih mendominasi baik kemauan maupun gagasan, padahal perkembangan itu pembangunan harus lebih adil. Akhirnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan menjadi sarana yang harus kita gunakan untuk kemajuan bersama untuk keadilan.
Sebagai sebuah kesepakatan global, tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) bukan hanya menjadi tugas Pemerintah, tetapi menjadi tujuan bersama bagi swasta, pengusaha, komunitas, hingga Anda, dan Saya.



Leave a Reply