Saat ini tata kelola sebuah perusahaan tumbuh dari tuntutan pertumbuhan dan keberlanjutan, baik ditinjau dari sisi perusahaan, industri, maupun negara. Dari sisi yang lebih luas, demi kepentingan bersama dan didasari oleh semangat niat baik yang dilakukan secara sukarela yaitu dimensi penopang tata kelola perusahaan. Kemudian asepek-aspek dimensi lainnya adalah suatu kondisi khusus yang disebut “comply or explain” (patuh atau jelaskan), kondisi dimana meminta perusahaan untuk mematuhi standart tata kelola yang tercantum dalam pedoman tata kelola atau JIKA TIDAK maka perusahaan harus menjelaskan, mengapa hal ini tidak dipatuhi dengan harapan dapat dijelaskan juga KAPAN perusahaan dapat mulai mematuhi pedoman ini.
Hal lain dalam dimensi penopang tata kelola adalah kontrol publik (stakeholders). Karena para stakeholders memiliki kepentingan dan juga peduli pada situasi dan dampak dari kegiatan usaha perusahaan. Harapan mereka adalah para pelaku usaha tidak hanya melihat target dalam waktu singkat tapi justru melihat dalam jangka panjang dan peduli pada implikasi kepada generasi penerus dan lingkungan.
Pada tahun 2022 dimana tepat Indonesia selama satu tahun yang dimulai pada 1 December 2021 ini memegang tonggak sebagai Presidensi G20, sementara sudah sampai mana capaian kinerja kita dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs 2030), tentu saja ini tidak dapat dicapai tanpa kerjasama dari berbagai pihak, terutama pasca pandemi covid-19 ini private sector harus lebih banyak terlibat untuk capaian ini. Tanpa kerjasama maka capaian SDGs 2030 tidak akan tercapai, dan saya rasa 2022 mendatang sektor swastalah yang harus memegang kepemimpinan pencapaian SDGs sebagai stakeholders bagi Pemerintah, karena itu berarti swasta mendukung apa yang sudah diagendakan oleh Pemerintah bahkan di perpreskan nomor 59 tahun 2017 tentang pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perusahaan yang menerapkan CSR dipandang memiliki kepedulian kepada lingkungan sekaligus mencerminkan kepedulian terhadap stakeholdersnya (karyawan, pimpinan, masyarakat, pemerintah, dan shareholdersnya). Managemen keberlanjutan yang mengusung konsep triple bottom line atau dikenal dengan istilah 3P (People, Profit, Planet) sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karenanya penting sekali bagi perusahaan dapat memberikan keterengan seluas-luasnya kepada para stakeholdernya dalam bentuk sustainability report (laporan berkelanjutan) dan integrated report (annual report).
Salah satu bentuk CSR yang sering diterapkan di Indonesia adalah community development, yaitu penekanan terhadap pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat setempat yang menjadi modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang serta PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Negara menaruh harapan besar kepada sektor swasta untuk minimalnya disekitar unit bisnis mereka untuk meng-empower masyarakat disekitar unit bisnisnya, sehingga geliat UMKM terus berkembang, terutama UMKM yang memiliki inovasi pada bisnis mereka, karena diera sekarang perusahaan rintisan justru menjelma menjadi raksasa baru dengan modal inovasi. Sehingga para UMKM dapat beradaptasi dimasa sulit ini kearah kemandirian yang berkelanjutan dan kesiapan menghadapi persaingan ekonomi dunia usaha.
Setiap produk CSR yang disalurkan kemasyarakat dikaitkan dengan pilar-pilar pembangunan SDGs karena saya yakin misal ada perusahaan yang memberikan sanitasi air bersih itu artinya sudah menjalankan pilar Lingkungan pada point SDGs No.6 yaitu Air Bersih dan Sanitasi Layak. Lalu ada perusahaan yang berfokus pada investasi dibidang Energi Baru Terbarukan (EBT) berarti masuk pada point 7 (energi bersih dan terjangkau) dan point 9 mengenai industri, inovasi dan infrastruktur pada pilar pembangunan ekonomi, serta point 13 (climate action) pada pilar pembangunan lingkungan. Jujur saya sangat mengharapkan pada tahun 2022 nanti seluruh private sector bergabung membuat misalnya Jakarta SDGs Forum, Jawa Barat SDGs Forum dan lainnya disetiap provinsi dan pelaksanaannya di mall agar masyarakat luas terutama generasi Z dan millennial sadar dan teredukasi dengan adanya forum SDGs tersebut dan pemerintah juga bisa melihat sejauh mana efek perpres yang sudah dibuat untuk dilaksanakan diberbagai sektor untuk mencapai SDGs 2030.
AYUNINGTYAS WIDARI RAMDHANIAR, S.I.A.,M.Kesos
Leave a Reply